Perlunya Pesantren Melek Teknologi Informasi

Pesantren Mencetak Da’i

Pesantren mencetak generasi santri yang mampu membawa beban dakwah di bahu mereka. Selesai mereka belajar ilmu agama, maka mendakwahkan ilmu tersebut adalah sebuah kewajiban untuk mereka. Terlebih di jaman sekarang, dimana dunia berputar sangat cepat, yang jauh jadi dekat dan manusia lalai karena urusan dunia. Teknologi informasi telah merubah perilaku manusia.

Silaturahim, dulu harus dilakukan dengan bertatap muka. Terkadang harus melakukan safar yang cukup jauh dan lama. Sekarang, cukup dengan audio & visual dari smartphone. Apalagi sejak adanya internet, media sosial seakan jadi sarana baru untuk bertegur sapa dan berdiskusi, dari hal remeh hingga yang serius. Teknologi informasi membuat yang jauh jadi dekat, dan semua peristiwa dari belahan dunia lain bisa sampai ke tangan kita hanya sesaat setelah ia terjadi.

Di sisi lain, hati ummat yang kering karena jauh dari Islam. Ibarat ikan yang jauh dari kolam, makin terperangkap dengan kesibukan dunia yang sebenarnya akan membunuh mereka secara perlahan. Teknologi informasi yang seharusnya memudahkan, malah akhirnya jadi melalaikan. Jadi perlunya pesantren melek teknologi informasi ini apakah sudah tepat? Karena teknologi informasi terbukti bisa melalaikan ummat.

Perlunya Pesantren Melek Teknologi Informasi

Ibarat pisau tergantung siapa pemegangnya, teknologi informasi hanyalah alat. Artinya teknologi informasi ini bisa juga dimanfaatkan untuk dakwah. Sangat sesuai dengan kondisi kekinian di mana informasi bisa sampai ke tangan banyak orang hanya dengan menggunakan internet. Jika yang sampai adalah informasi yang bermanfaat bagi ummat, tentu hal ini sangat baik.

Mendakwahkan kebenaran, akan lebih cepat dan memiliki jangkauan yang luas jika menggunakan teknologi informasi. Meski bukan sebuah keharusan dalam dakwah, tetapi akan menjadi satu keuntungan bagi da’i. Di jaman yang ketika banyak orang mencari kebenaran lewat internet dengan melakukan googling, dan da’i yang tercetak dari pesantren mampu mengisi kekosongan/kebutuhan tersebut.

Santri yang nantinya menjadi da’i yang meneruskan dakwah, akan mendapati lahan yang begitu luas dan belum tergarap jika mereka memahami teknologi informasi. Karena tidak semua muslim beruntung untuk duduk di majelis ta’lim di masjid-masjid. Tidak semua muslim beruntung untuk mempelajari kitab-kitab dibawah bimbingan seorang ustadz. Di sinilah, ceruk lahan dakwah yang masih sangat luas untuk digarap oleh da’i yang melek dengan teknologi informasi.

Mereka bisa memanfaatkan socmed, membuat website, menyalin kitab ke dalam bentuk digital yang bisa dijalankan di smartphone, berdakwah dengan multimedia atau video, dan banyak hal lainnya. Dan semua itu bisa dilakukan jika ummat memahami perlunya pesantren melek teknologi informasi.