Duh, pengen belikan anak Android atau Laptop tapi takut mereka kena dampak negative. Bagaimana ya?
Sebagai penyelenggara lembaga pendidikan, kedisiplinan anak adalah prioritas utama bagi kami. Namun tidak menafikan bahwa beberapa anak dapat melalukakan pelanggaran yang menyimpang dari yang telah ditetapkan. Pesantren Darul Fithrah telah membuat kebijakan berupa diperbolehkannya anak untuk membawa laptop kedalam pondok dengan catatan dibawah kontrol dan menejemen pondok guna penunjang edukasi IT yang lebih intensif. Segala bentuk antisipasi sudah kami jalankan agar tercipta rasa aman dan nyaman baik santri, wali, dan pengelola pesantren. Antara lain adalah dengan membuat surat perjanjian yang bisa mendisiplinkan anak didik seperti dibawah ini :
Tata Tertib Kepemilikan Laptop
- Diwajibkan melapor apabila membawa laptop ke lingkungan pesantren guna edukasi tunjangan lanjutan.
- Diwajibkan memiliki Kartu Peminjaman Laptop (KPL) yang didapat dari Pengurus IT.
- Diwajibkan membawa KPL setiap meminjam laptop baik pemilik maupun orang ketiga.
- Dianjurkan untuk mempassword laptop masing-masing untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.
- Wajib memberitahu password apabila diminta pengurus apabila sewaktu-waktu diperlukan.
- Dilarang menyimpan konten-konten yang sudah disepakati tidak boleh untuk disimpan.
- Bagi laptop yang ditemukan terdapat didalamnya konten yang dilarang akan disita selama 1 bulan.
- Dianjurkan agar password hanya diketahui oleh pemilik agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
- Bagi laptop yang ditemukan diluar batas waktu peminjaman atau ditemukan membawa keluar ruangan tanpa seizin pengurus, maka akan di boikot sampai awal tahun ajaran baru.
- Laptop yang ditemukan tidak beridentitas dan tidak ada bukti perjanjian akan dihancurkan, atau dijual .
- Hal-hal yang dianggap penting akan segera menyusul.
- Peraturan sewaktu-waktu berubah sesuai kondisi dan kejadian.
Saya : (nama pemilik laptop)
Asal : (asal pemilik laptop)
Dengan ini menyatakan sanggup mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dan siap menerima konsekuensi yang diberikan jika saya melanggar. Surat ini menjadi bukti bahwa saya tidak akan menuntut suatu apapun apabila saya menyalahi prosedur.
Sukoharjo,………………………..2016
|
|
|
|
Namun bagaimana sikap asatidzah dan para wali terhadap dampak buruk internet dan gadget pada hari ini yang dapat menimbulkan keresahan untuk anak-anak?. Berikut tips-tips yang bisa kita jalani bersama baik dipesantren maupun saat liburan santri dirumah :
Orang tua menganggap melindungi anak-anak mereka dari bahaya sebagai salah satu tanggung jawab utama mereka. Usia rata-rata paparan pertama terhadap pornografi adalah 9 tahun. Orang tua harus memahami bahwa mustahil untuk melindungi anak-anak sepenuhnya dari paparan pornografi. Yang mungkin adalah untuk mengurangi paparan tersebut dan untuk mempersiapkan anak-anak memahami dan membahas paparan pornografi ketika itu terjadi.
Pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal berhubungan dengan mengenali berbagai kemungkinan anak Anda dapat terpapar dengan pornografi dan menemukan cara-cara untuk mengurangi kemungkinan paparan tersebut. Paparan pornografi dapat terjadi melalui Internet, permainan komputer, ponsel, iklan, dan keluarga serta teman-teman.
Pengawasan internal
Pengawasan eksternal tidak akan cukup melindungi anak-anak dari pornografi. Sama seperti orang tua perlu memasang filter pada komputer dan ponsel, mereka perlu menolong anak-anak menanam sistem pengawasan internal yang kuat. Anak-anak kecil dan remaja perlu punya sistem pengawasan internalnya sendiri agar mampu menghindari bahaya menonton pornografi.
Beberapa statistik menunjukkan bahwa usia rata-rata paparan pornografi kepada anak-anak adalah 9 tahun. Kebanyakan orang membicarakan hal ini sejak anak-anak berusia 8 tahun.
Sebagian besar anak remaja, usia 16 tahun ke atas, telah terpapar pornografi. Anda harus terlibat dalam diskusi rutin dengan anak remaja Anda tentang apa yang mereka lihat dan cara mereka mengatasinya.
Banyak orang tua khawatir bahwa membahas topik seksual secara terang-terangan dapat memicu rasa ingin tahu. Namun, banyak penelitian ilmu sosial mengemukakan bahwa ketika orang tua secara terang-terangan membahas topik seksual dengan cara yang sesuai dengan usia anak remaja, mereka cenderung untuk tidak mencoba-coba dan lebih memilih untuk tetap menahan diri.
Tinggalkan Komentar