Tholabul ilmi adalah perintah yang punya pengaruh besar dalam Islam. Surga neraka bisa dipermudah dengan menuntut Ilmu. Orang yang memiliki ilmu dengan yang tidak, dijelaskan beda oleh Syariat. Derajat surga juga ditentukan dengan Iman dan ilmu.
Ilmu sungguh berpengaruh besar dalam masyarakat Islam. Faqih terhadap ilmu juga menjadi salah satu faktor terpilihnya imam shalat. Ilmu yang menuntun niat, bisa jadi tanpa ilmu, niat akan salah, ibadah rusak.
Sebab pentingnya ilmu, Rasulullah SAW menggambarkan orang yang menempuh jalan menuntut ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga.
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Hadits di atas menyiratkan bahwa kemudahan jalan menuju surga tersebut bagi para thulabul ilmi, para pelajar atau para santri, yang jelas – jelas sedang menuntut ilmu.
Lantas bagaimana dengan seseorang yang telah sibuk bekerja, lulus dari sekolah, seorang guru yang telah mengabdi, seorang istri yang sibuk mengurus anak, tentara yang sibuk menjaga perbatasan, orang tua yang lansia, pimpinan perusahaan yang sibuk mengatur karyawan, ustadz / kyai yang tersibukkan dengan mengajar, yang semua itu ‘tak mungkin lagi’ dianggap menuntut ilmu, tak mungkin bersekolah lagi ? Apakah berarti jalan menuju surga tak lagi dimudahkan oleh Allah SWT ?
Hadits “man salaka thoriqon” ini sejatinya bisa menjadi cambuk motivasi bagi siapapun yang sudah tak lagi bersekolah menuntut ilmu. Jangan karena tak sempat lagi bersekolah, meninggalkan kegiatan tholabul ilmi. Jangan karena tersibukkan dengan sesuatu, tak menambah ilmu. Jangan karena dipundaknya ada amanah, lupa terhadap hal yang mempermudah jalan menuju jannah.
Kita pasti tak ingin perjalanan kita, yang bermuara surga, dipersulit oleh Allah SWT. Gara – gara telah lulus dari sekolah / tempat menimba ilmu. Kesadaran masalah ini sangatlah penting. Alhasil, kita akan istiqomah belajar kapan pun dan dimanapun agar jalan kita menuju surga dipermudah Allah SWT.
Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali, ketika menempuh jalan mencari ilmu, Allah masuk surga. Menuntut ilmu juga menjadi sebab mendapatkan hidayah, dengan hidayah inilah mengantarkan kepada surga. Dengan menuntut ilmu akan mendapatkan ilmu lainnya, yang dengan ilmu lain tersebut akan mengantarkan kepada surga. Terakhir, Allah akan benar-benar memudahkan melewati ash shirat (jembatan membentang antara surga & neraka). (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298)
Oleh sebab itu, kapan pun dan pada usia berapapun hendaknya kita tetap belajar. Tetap menuntut ilmu agar dimudahlan dalam masuk surga. Terus mencari ilmu agar hidayah senantiasa mengiring kita menuju jannahNya. Istiqomah bertholabul ilmi agar terbuka ilmu – ilmu lainnya. Kelak besok kita akan dipermudah ketika berjalan di atas ash shirat yang menuju ke Surga Allah SWT.
Bagi siapapun yang sedang tidak sekolah / belajar; termasuk orang yang telah tua renta, agar terhitung menuntut ilmu, sehingga dipermudah jalanannya ke Surga, berikut aktivitas yang bisa ditempuh :
– Senantiasa menghafal qur’an sampai meninggal walaupun tidak hafal – hafal
– Senantiasa murojaah qur’an walaupun tidak lancar – lancar
– Tidak meninggalkan aktivitas membaca buku secara mandiri setiap hari
– Mendatangi kajian / taklimul kitab pekanan di masjid masjid terdekat
– Membaca satu kitab dan minta orang lain mendengarkan. Syukur-syukur yang mendengarkan lebih mahir.
– Senantiasa mendengarkan ceramah seputar ilmu.
– Dan lain sebagainya.
Kesimpulannya, mari jangan biarkan hidup kita di dunia tanpa menuntut ilmu. Jangan sampai Allah tidak memudahkan jalan menuju surga untuk kita. Kalau setan dan nafsu lebih kuat, surga terasa menjauh, neraka seakan mendekat. Perdekat surga dengan menempuh jalan mencari ilmu, perjauh neraka dengan terus belajar tak mengenal waktu.
Allahu a’lam.
[Yahya S]