Manfaat Belajar Sirah Nabi

Belajar Sirah Nabawiyah, Apa Manfaatnya?

Oleh: Mujahid Ammar

Sejarah adalah materi penting yang seharusnya dipelajari oleh setiap muslim. Sirah Nabawiyah atau sejarah Nabi Muhammad ﷺ adalah pelajaran sejarah yang pertama kali harus dipelajari oleh seorang muslim sebelum mempelajari sejarah lainnya. Karena salah satu tujuan mempelajari sejarah adalah untuk mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Dan masa kenabian adalah potongan sejarah terbaik sepanjang masa dibanding sejarah manapun. Terkandung didalamnya samudra hikmah dan pelajaran dari segala aspek kehidupan yang pantas dijadikan panutan dan teladan untuk setiap generasi.

Hasan bin Ali , cucu Rasulullah ﷺ pernah berkata: “Kami mengajarkan pada anak-anak kami 2 hal, Al-Qur’an dan maghozi (peperangan) Rasulullah ﷺ.” Perkataan senada juga dikatakan oleh sahabat senior, Saad bin Abi Waqas , Mereka para sahabat mendidik anak-anak mereka dengan Al-Qur’an sebagai asasnya, kemudian mereka tambahkan dengan menceritakan kisah-kisah kepahlawanan Rasulullah ﷺ dan peperangan-peperangan beliau. Ini adalah gambaran bagaimana para sahabat mendidik generasi muda mereka.  Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menghadirkan Sirah Nabawiyah dalam proses tarbiyah.

Lalu kenapa kita harus belajar Sirah Nabi ﷺ? Karena beliau adalah uswah hasanah yang wajib diteladani bagi setiap muslim. Yang mana meneladani beliau adalah kunci kesuksesan di dunia dan akhirat. Begitupun Allah juga telah perintahkan kepada manusia untuk mengikuti beliau. Selain itu, mempelajari sirah beliau mengandung banyak manfaat bagi seorang muslim. Diantara manfaatnya adalah:

1. Menumbuhkan dan Menambahkan Cinta Pada Nabi

Mempelajari sirah beliau adalah cara untuk menumbuhkan kecintaan pada Rasulullah ﷺ. Karena cinta tidak akan tumbuh tanpa adanya ilmu tentang apa yang dicintai. Maka dengan mempelajari sirah beliau seorang muslim akan mengenal sifat-sifat dan perangai beliau yang menakjubkan. Dari pengetahuan itulah rasa kagum dan cinta akan tumbuh dan bertambah. Lalu apa hasilnya jika cinta terhadap nabi telah muncul di hati seorang muslim?

a. Seorang muslim yang telah tertanam dalam dirinya rasa cinta kepada Nabi ﷺ akan senantiasa berusaha mengikuti sunnah-sunnahnya. Ia akan menjadikan Nabi Muhammad ﷺ sebagai teladan yang akan ia tiru sikapnya dalam segala hal, baik dalam bergaul, berdakwah, berdagang, berkeluarga bahkan berperang. Ketika seorang hamba telah mengikuti Rasulullah ﷺ, maka baginya cinta dan ampunan Allah.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’  Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)  

b. Orang yang mencintai Nabi ﷺ akan merasa ringan dan mudah dalam mengamalkan syariat. Karena segala amalan yang ia lakukan dilandasi oleh rasa cinta. Jika kita lihat fenomena yang terjadi di zaman ini, banyak dari kawula muda (semoga Allah beri mereka hidayah) rela mengantri, berdesak-desakan, datang dari jauh, hanya untuk menyaksikan konser artis favoritnya. Tak sedikit juga yang mengocek banyak uang hanya untuk mengoleksi aksesoris ataupun model fashion artis yang ia idolakan. Menghafal lagu-lagu berbahasa asingpun terasa mudah bagi mereka ketika mereka telah cinta berat terhadap idolanya. Jika saja kecintaan yang semacam itu mereka tujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ, pastilah masjid-masjid dan majlis-majlis ilmu saat ini akan ramai. Menghafal Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi pun akan terasa mudah dan menjadi kebanggaan.

2. Memahami Al-Qur’an dengan Baik

  Jika seseorang ingin melihat bagaimana Al-Qur’an itu benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan nyata, maka hendaklah ia melihat pada kehidupan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Karena akhlaq Rasulullah ﷺ sendiri adalah Al-Qur’an. Adapun para sahabat, mereka adalah generasi manusia yang paling paham akan Al-Qur’an dan paling bersemangat dalam pengamalannya. Ditambah lagi mereka mengamalkannya dibawah bimbingan langsung Sang Nabi. Dengan kata lain Sirah Nabawiyah adalah cara terbaik untuk memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang baik.

Ada sebuah cerita menarik tentang pentingnya sirah dalam memahami kalamullah. Suatu ketika Urwah bin Zubair (putra Zubair bin Awwam dari Asma’ binti Abu Bakar) bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah yang sekaligus adalah bibinya. Ia bertanya tentang firman Allah yang berkenaan tentang syariat sa’i diantara Shafa dan Marwa.

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”  (Al Baqarah: 158)

Urwah berkata: “Jika demikian, maka demi Allah, tidak ada dosa juga bagi orang yang tidak melakukan sa’i diantara keduanya.” Aisyahpun berkata: “Wahai anak saudariku, bukan begitu maksud ayat tersebut.” Tentu saja apa yang dikatakan Urwah tidaklah benar, karena sa’i sendiri adalah rukun dari ibadah haji dan umroh. Maka kemudian Aisyah menjelaskan tentang asbabun nuzul ayat tersebut. Dimana ayat ini diturunkan berkenaan tentang orang-orang Anshar yang ketika melakukan umroh qodho’ bersama Nabi, mereka enggan melakukan sa’i antara Shafa dan Marwa karena mereka teringat ‘mantan’ sesembahan mereka yang dahulu mereka sembah, Manat. Yang mana patung Manat tersebut terletak di antara Shafa dan Marwa. Mereka mengira bahwa sa’i diantara Shafa dan Marwa adalah syiar jahiliyah dan mereka merasa berdosa apabila harus melakukannya. Lalu Allah menurunkan ayat tersebut. Aisyah berkata: “Dan Rasulullah telah mensyariatkan sa’i antara keduanya. Maka tidak diperbolehkan bagi seorang pun meninggalkan sa’i diantara Shafa dan Marwa.”

Kisah di atas menunjukkan betapa pentingnya mempelajari perjalanan hidup Nabi untuk memahami dalil Al-Qur’an. Karena seluruh kisah kehidupan Nabi Muhammad ﷺ adalah terjemahan Al-Qur’an yang paling akurat. Dan masih banyak lagi manfaat yang bisa diambil dari mempelajari sirah Rasulullah ﷺ. Namun yang menjadi poin terpentingnya adalah, sudah sejauh mana kita mempelajari Sirah beliau ? Yuk mulai belajar !