Menulislah ! Karena ilmu yang kau dapatkan bagaikan buruan. Sungguh bodoh orang yang berburu berhari-hari di hutan, bersusah payah menangkap rusa lalu kemudian ia lepaskan. Padahal keluarganya menunggu di rumah kelaparan. Namun lebih bodoh lagi orang yang enggan menulis ilmu yang telah ia dapatkan. Merasa sombong dan hanya bergantung pada lemahnya ingatan. Untuk kemudian menyesal karena lupa apa yang dulu gurunya sampaikan. Padahal banyak orang menantinya di kampung halaman. Mengharapkan jawaban dari permasalahan yang selama ini mereka pertanyakan.
Menulislah meski zaman telah beganti. Menulislah meski manusia tengah tergila-gila akan canggihnya teknologi. Menulislah! Karena majunya peradaban tak akan pernah lepas dari literasi. Menulislah meski manusia tak lagi peduli, meski tiada lagi orang yang memuji. Menulislah karena dengan tulisan itulah kau hidup abadi. Tulislah manfaat karena setiap yang bermanfaat tak akan lenyap dari muka bumi.
Menulislah! Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Maka tuliskanlah kebaikan dan kebenaran. Tuliskan kebaikan supaya mengalir padamu pahala setelah kematian. Tuliskan kebenaran karena kebenaran perlu tuk disampaikan. Bahkan para penjahat pun tak lelah tuk suarakan kebatilan. Entah berapa ribu buku telah mereka terbitkan, entah berapa juta artikel telah mereka tuliskan, dan entah berapa triliun uang yang telah mereka gelontorkan. Hanya untuk padamkan cahaya kebenaran. Menulislah karna kebenaran harus diserukan.
Menulislah tanpa ragu dan takut! Janganlah menjadi orang yang berwawasan luas namun berjiwa pengecut. Yang ketika kemungkaran tersebar hanya terdiam menutup mulut. Tuliskanlah kebenaran tanpa ragu dan gentar bagai karang di tepi laut. Karena musuh pun tak sungkan tuliskan keburukan padahal itu hal yang tak patut. Menulislah dan buatlah musuh terkejut. Karena ternyata cahaya masih ada meski malam telah larut. Ajaklah manusia menyelami lautan kebenaran yang airnya tak akan pernah surut. Menuju lentera hakiki yang cahayanya tak akan redup meski terhalang kabut.
Tuliskanlah kebenaran meski telah habis tinta. Maka tulislah dengan darah meski harus ditemani air mata. Tuliskanlah kebenaran meski tiada lagi kertas tersisa. Maka tuliskanlah di atas kulitmu meski itu sebabkan luka. Tuliskanlah cahaya kebenaran meski dunia inginkan gulita. Tuliskanlah meski para durjana inginkan manusia buta. Karena akan selalu ada orang yang memilih untuk membuka mata dan menerima. Yang masih mau menggunakan akal dan hati nuraninya. Tulislah dengan keyakinan yang membara. Karena harapan akan selalu menyala selama keyakinan itu masih ada.
Oleh: Mujahid Ammar