Al Qur’an dikaruniakan oleh Allah SWT kepada umat manusia dengan berbagai fungsi, yang diantaranya adalah sebagai pedoman hidup bagi manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :
ٱلۡقُرۡءَانُ هُدࣰى لِّلنَّاسِ وَبَیِّنَـٰتࣲ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ
” Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan – penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). ” [Qs. Al-Baqarah : 185]
مَاۤ أَنزَلۡنَا عَلَیۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰۤ
” Kami tidak menurunkan Al Qur’an kepadamu (wahai Muhammad) agar engkau menjadi susah. ”
[Qs. Tha-Ha : 2]
Oleh karena itu sudah selayaknya bagi kita sebagai manusia, khususnya sebagaimana umat Islam untuk selalu berpegang teguh dan berprinsip dengan Al Qur’an. Dalam rangka menghadirkan fungsi tersebut dengan maksimal, maka perlu ada interaksi antara kita dengan Al Qur’an. Berikut ini adalah beberapa interaksi dasar yang bisa kita lakukan:
1. Mendengarkan bacaan Al Qur’an
Allah SWT berfirman,
وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat. [Qs. Al-A’raf : 204]
Ada sebuah hadits yang diceritakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
قَالَ لِى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – اقْرَأْ عَلَىَّ
Nabi ﷺ berkata kepada ku: “Bacalah Al Qur’an untukku.”
قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ
Maka aku (Abdullah bin Mas’ud) berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin aku membacakan Al Qur’an untukmu, padahal Al Qur’an diturunkan kepadamu.“
قَالَ : فَإِنِّى أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِى
Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku suka mendengar bacaan Al Qur’an dari selainku.” [HR. Bukhari no. 4582 dan Muslim no. 800]
Dari keterangan diatas, kita bisa memetik pelajaran bahwa interaksi pertama yang bisa kita lakukan terhadap Al Qur’an adalah dengan mendengarkan bacaannya. Bahkan Rasulullah ﷺ pun sangat suka untuk mendengarkan bacaan Al Qur’an.
Dan para jin sekalipun juga merasa takjub dengan bacaan Al Qur’an (Qs. Al Jin : 1). Maka kita sebagai manusia yang beriman sangat tidak layak bagi kita untuk lebih gemar dan lebih nyaman mendengarkan musik daripada mendengar lantunan bacaan Al Qur’an.
2. Membaca Al Qur’an
Allah SWT berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرۡجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Quran), melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.” [QS. Fathir : 29]
Ada sebuah hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu:
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ
Rasulullah ﷺ bersabda, “Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya.” [HR. Muslim, no. 804]
Dari ayat dan hadits diatas, sangatlah jelas faedah ataupun keutamaan dari membaca Al Qur’an. Dan masih banyak lagi dalil tentang keutamaan keutamaan dalam membaca Al Qur’an.
3. Menghafalkan Al Qur’an
Terdapat sebuah hadits yang disampaikan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma,
لاَحَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآناء النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آناَءَ اللَّيْلِ وَآناء النَّهَارِ
“Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain tanpa mengharapkan nikmat hilang dari orang tersebut) kecuali dalam dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian tentang al-Quran, maka dia melaksanakannya (membaca dan mengamalkannya) malam dan siang hari. Dan seorang yang diberi oleh Allah SWT kekayaan harta, maka ia infakkan sepanjang hari dan malam.” [Muttafaqun alaih]
Demikian juga para ulama ulama terdahulu, mereka mengawali masa pendidikan mereka dengan menghafal Al Qur’an. Bahkan mereka sudah menghafalkan Al Qur’an secara keseluruhan di usia yang masih sangat muda, diantaranya adalah:
- Imam Syafi’i telah hafal Al Qur’an di usia 7 tahun
- Imam Ath Thobari telah hafal Al Qur’an ketika usia 7 tahun, dan mulai menulis hadits di usia 9 tahun
- Imam Ibnu Qudamah telah hafal Al Qur’an ketika usia 10 tahun
- Imam An Nawawi telah hafal Al Qur’an sejak sebelum baligh
- Imam As Suyuti telah hafal Al Qur’an ketika usianya belum menginjak 8 tahun
Dan masih banyak lagi ulama ulama yang hari ini sangat berjasa kepada umat Islam melalui karya – karyanya yang telah hafal Al Qur’an di usia yang masih sabgat muda.
Syaikh Abdur Rasyid Ali Sufi (Ulama Ahli Qiroat) hafidzahullahu ta’ala memberikan pesan kepada murid muridnya:
“Wahai anakku, tidaklah seseorang meninggalkan Al Qur’an, kecuali dia orang yang menghinakan Allah SWT. Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu disisi Allah SWT dan seberapa bernilainya dirimu disisi-Nya, maka lihatlah bagaimana keadaan Al Qur’an dalam hidupmu. Jika Allah SWT membuatmu terikat dengan Al Qur’an, tidak berlalu bagimu siang dan malam kecuali engkau selalu bersama Al Qur’an baik dengan tilawah, tadabbur, membaca Al Qur’an sebagai wirid, maka ketahuilah bahwa engkau telah menjadi bernilai disisi Allah SWT”
Jika kita perhatikan, semua yang berperan bersama Al Qur’an akan menjadi mulia.
- Jibril menyampaikan Al Qur’an, maka Jibril menjadi malaikat yang paling mulia dan bergelar Ruhul Amin
- Nabi Muhammad ﷺ menjadi Nabi dan Rasul yang paling mulia, karena kepada beliaulah Al Qur’an diturunkan
- Bulan Ramadhan menjadi bulan turunnya Al Qur’an, maka bulan Ramadhan menjadi paling mulia dibandingkan bulan yang lain
- Malam saat diturunkan Al Qur’an menjadi malam yang paling mulia, dan disebut dengan malam Lailatul Qadr
- Secarik kertas menjadi sangat mulia apabila dituliskan Al Qur’an didalamnya
Begitu juga manusia akan menjadi mulai apabila dia senantiasa terikat dengan Al Qur’an.
Ada sebuah hadits yang disampaikan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu,
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: خَيرُكُم من تعلَّمَ القرآنَ وعلَّمَهُ
Dari Nabi ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Maka berbahagialah orang orang yang hidupnya selalu terikat dengan Al Qur’an sebagaimana Allah SWT sampaikan dalam satu ayat :
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ
“Katakanlah ; dengan karunia Allah dan dengan rahmat Nya hendaklah kalian menjadi orang orang yang berbahagia, karena ia (Al Quran) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan dari materi dunia.” [Surat Yunus: 58]
Wallahu ta’ala a’lam bish showab
Khoirul H. Faturozzy