Tahun 1945 adalah tahun paling kritis yang pernah dialami Jepang. Pada saat itu Jepang mengalami krisis yang sangat parah pasca peristiwa bom atom di Nagasaki dan Hiroshima. Barang-barang menjadi langka, inflasi naik, transportasi lumpuh total, industri berhenti dan ekonomi merosot drastis.
Kaisar jepang pada saat itu, Hirohito, ketika diberitau berita ini, ia malah melempar sebuah pertanyaan. “berapa jumlah guru yang tersisia?” Para komandan terkejut, kenapa di kondisi perang yang genting seperti ini, bukannya menanyakan kondisi militer mereka, sang kaisar malah menanyakan jumlah guru? mereka mengira bahwa sang kaisar akan menyertakan para guru menjadi pasukan perang tambahan. Sang Jenderal dengan sedikit rasa tersinggung mengatakan, kami masih bisa melindungi Kaisar meskipun tanpa bantuan para guru.
Tapi akhirnya sang kaisar menjelaskan bahwa saat ini Jepang telah kalah. Mereka kalah karena tidak belajar. Mereka memang kuat dari segi militer, tapi ternyata mereka tidak tahu cara membuat bom yang dahsyat seperti yang telah meluluhlantahkan 2 kota mereka, Nagasaki dan Hiroshima. Kaisar Hirohito berpendapat bahwa untuk mengejar ketertinggalan dan bangkit dari keterpurukan saat ini, mereka harus belajar. Maka siapa lagi yang dibutuhkan jika bukan para guru?
Maka dikumpulkanlah para guru yang tersisa di seluruh pelosok kota yang jumlahnya kurang lebih 45.000 orang saja. Dengan penuh harap, Kaisar Hirohito mengatakan kepada seluruh rakyat dan pasukannya bahwa mulai saat ini, mereka akan bertumpu pada para guru, bukan pada kekuatan militer. Momen inilah yang menjadi awal kebangkitan Jepang.
Hanya butuh waktu 20 tahun sejak peristiwa tersebut, Jepang akhirnya berhasil bangkit dan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat kedua setelah Amerika. Padahal para pakar dunia saat itu memprediksi bahwa Jepang membutuhkan waktu 50-100 tahun untuk bangun dari keterpurukan itu. Tapi ajaibnya, di bawah kepemimpinan Kaisar Hirohito yang memberi perhatian lebih pada para guru, Jepang bisa pulih dan maju jauh lebih cepat dari yang diprediksikan.
Posisi Strategis
Dari kisah tadi, bisa kita ambil sebuah pelajaran penting bahwa guru memiliki peran yang sangat strategis dalam ‘mengubah’ nasib suatu bangsa. Karena majunya suatu bangsa pasti tidak lepas dari regenerasi yang lebih baik dari generasi sebelum-sebelumnya. Sedangkan tugas menyiapkan generasi yang lebih baik tidak bisa dilakukan kecuali oleh para guru. Baik buruknya sebuah generasi sangat dipengaruhi oleh guru yang mendidiknya.
Maka dapat dipahami juga sebaliknya, jika ingin menghancurkan suatu bangsa, bisa dengan cara menghancurkan pendidikannya, merusak kurikulumnya atau mengkerdilkan peran guru-guru di dalamnya. Memberikan perhatian terhadap kesejahteraan guru sama saja dengan menata anak tangga menuju kemajuan bangsa. Begitupun sebaliknya, menyepelekan dan merendahkan peran guru, sama dengan menyiapkan lubang kehancuran dan kemunduran bagi bangsa itu sendiri.
Profesi Istimewa
Profesi sebagai guru adalah profesi yang istimewa. Segala profesi yang ada, mulai dari polisi, dokter, pilot, koki, pedagang dan sebagainnya tentunya pernah melewati jembatan yang bernama pendidikan atau pengajaran, baik formal maupun non formal, yang tentunya tidak akan lepas dari peran seorang guru. Begitupun semua orang besar dan pemimpin yang hebat pasti pernah dididik oleh guru. Karena di antara keistimewaan dari profesi guru yang tidak dimiliki oleh profesi-profesi lainnya adalah semua profesi haruslah membutuhkan sentuhan seorang guru. Namun tidak semua profesi membutuhkan sentuhan seorang dokter, masinis, arsitek ataupun profesi-profesi lainnya
Oleh: Mujahid Ammar S