Secara statistik, Kementerian Agama mencatat pada tahun 2023 jumlah pesantren di seluruh Indonesia sudah mencapai sekitar 36.600. Sedangkan jumlah santri aktif sebanyak 3,4 juta dan jumlah pengajar (kyai/ustadz) sebanyak 370 ribu. data tersebut tidak termasuk sekolah islam dan madrasah islam yang lainya yang tidak berbasis pesantren.
Hari ini kita melihat berita oknum pesantren yang cacat hukum di besar besarkan, tidak sebanding dengan jasa santri, kyai dan pesantren untuk indonesia, padahal indonesia punya hutang besar terhadap pesantren, baik di masa lalu , masa kini, maupun masa depan, kenapa bisa demikian ?
Hutang Masa Lalu
17 agustus 1945 memang menjadi momen proklamasi kemerdekaan indonesia, namun secara fakta penjajah masih belum sepenuhnya hilang dari indonesia, bahkan dengan armada yang lebih kuat yaitu pasukan sekutu yang di wakili Inggris datang ke Indonesia dan di boncengi oleh Belanda yang ingin kembali menguasai indonesia, saat itu kekuatan amunisi tentara indonesia tidak cukup untuk mampu melawan Belanda yang di backup pasukan sekutu, atas saran jendral Sudriman beliau menyarankan presiden Soekarno untuk menemui Hadratus Syaikh K.H Haysim Asy’ari pendiri Nahdhatul Ulama’ (NU) di pondok pesantren Tebu Ireng untuk meminta fatwa jihad kepada beliau. Hingga pada tanggal 20 oktober 1945 keluarlah resolusi jihad yang bergema di seluruh Indonesia.
Tiga hari setelah resolusi jihad, 6000 tentara sekutu tiba di surabaya, puncak resolusi jihad di tandai dengan peristiwa 10 November 1945 di surabaya yg digelorakan oleh Bung Tomo setelah beliau sowan ke K.H Haysim Asy’ari. Resolusi jihad terus berlangsung hingga belanda mengakui kedaulatan bangsa indonesaia pada Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949.
Pemimpin pasukan ternama yang memimpin perang kemerdekaan kebanyakan adalah para kyai, diantaranya :
1. Laskar Hisbullah dipimpin K.H Zainul Arifin
2. Laskar Sabilillah di pimpin K.H Maskur
3. Barisan Mujahidin dipimpin K.H Wahab Hazbullah
Dan hampir separuh batalion PETA (Pembela Tanah Air) dipimpin oleh para kyai dari pondok pesantren, pasukan itulah yang menjadi cikal bakal TNI saat ini.
Jika berbicara kepemimpinan kyai tentu tidak lepas dari sikap taatnya santri kepada para kyai sebagai pasukan, apa yang menjadi perintah kyai menjadi kewajiban tanpa perlawanan logika, hal ini tentu tidak lepas dari sistem pendidikan di pesantren.
Istilah pesantren pada dasarnya merupakan tempat pendidikan islam dengan metode salaf, Metode salaf memiliki ciri:
1. Mengajarkan kitab kitab dari ulama , bersanad dan bersambung hingga ke imam madzhab , hingga Rasulullah ﷺ.
2. Kyai selain sebagai guru yang mengajar, juga sebagai tuntunan keseharian.
3. Mengutamakan pengajaran adab sebelum ilmu dan membentuk akhlak sebagai seorang muslim.
Modernisasi di pesantren asalkan tidak menurunkan kualitas adab dan akhlaq lulusanya maka tidaklah masalah, justru kesederhanaan yang menjadi sistem pesantren yang sering di sebut “tradisional” , menjadi kunci keberhasilan pesantren.
Beberapa tradisi tradisi di pesantren di luar keilmuan yang dapat membentuk kepribadian seorang santri :
1. Makan bersama (menghilangkan rasa jijik terhadap sesama saudara), sistem masak bergilir juga mengajarkan kemandirian dan gotong royong.
2. Tidur bersama (menjaga kebersamaan dan transparansi)
3. Budaya khidmat (melayani) , membersihkan kamar mandi , toilet dsbg. (merontokan kesombongan pada diri).
4. kesederhanaan, justru di pesantren tradisional lebih baik dari pada internasional yang melahirkan kasta dan sosialita. Konsep bayar murah , terjangkau, bahkan gratis yang di support dari yayasan akan menghilangkan kasta sosial.
5. Adab menghormati guru.
6. Tanpa TV , HP , gadget ( meminimalisir stimulus seksualitas maupun materialisme, sangat diperlukan dalam proses pembentukan karakter islami juga mengajarkan mengendalikan diri terhadap candu teknologi.
7. Sholat dan dzikir berjamaah, selain mengajarkan hanya bersandar kepada Allah juga mengikat hati dari santri dengan kyai, doa juga yang menguatkan pribadi ketika ditimpa musibah.
8. Teladan kyai bukan hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai role model yang masuk ke dalam alam bawah sadar para santri sehingga ketika lulus pun para santri masih memiliki sosok perwakilan Rasulullah ﷺ sebagai rujukan, bukan mudah kagum dengan sosok sosok populer di sosial media, tentu pemilihan pondok dan kyainya juga harus sangat selektif. Kyai sebagai murobi atau (yg menuntun) harus memiliki kualifikasi akhlak , ilmu dan sanad yang bersambung. kenapa sanad begitu penting ?
“Kebaikan atau hikmah bisa diajarkan siapa saja, namun kebenaran diturunkan sambung menyambung melalui jalur sanad”. Selain itu jika ada seorang kyai yang menyimpang maka ada guru diatasnya yang akan menegurnya.
Sanad juga membedakan level seorang layak disebut ulama atau sekedar cendekiawan yang belajar di perpustakaan atau internet. jika di kaji, sistem pengajaran di pesantren bukan hanya menjaga persatuan bangsa namun juga menyelamatkan generasi bangsa dari paham paham asing yang membahayakan negara.
Santri penjaga indonesia
Teknologi informasi adalah alat akselerasi, ibarat perkalian x10, x100, x 1000 dan seterusnya, artinya jika tidak dikendalikan bukan hanya kebaikan yang dikali seratus atau seribu tapi juga kemaksiatan , kemudharatan juga akan mendapatkan akselerasinya, celakanya, agloritma media sosial saat ini dan platform digital yang dikuasai oleh kaum kapitalis tentu hanya berpihak kepada uang dan kekuasaan bukan kebermanfaatan, sehingga kebaikan yang seolah menjemukan menjadi terfilter atau tidak di tampakan, sedangkan keburukan, kriminal seksualitas, hedonisme malah mendapatkan akselerasi.
Sekolah umum yang seharusnya menjadi sarana penjaga peradaban, sekarang jadi tempat penyebar virus materialisme.
PESANTREN yang sering dicap sebagai tempat belajar yang “kumuh” atau “tradisional” , justru yang akan menyelamatkan peradaban bangsa Indonesia, sekolah Internasional yang saat ini di bangga – banggakan, bisa jadi malah jadi bumerang yang melahirkan kapitalis kapitalis baru, yang merusak persatuan bangsa. Tentu kalau kita berbicara tentang kapitalisme banyak dari beberapa kalangan yang akan meradang, karena doktrinasinya sudah mengakar dan masuk pada kurikulum pendidikan. “Mendapatkan keuntungan sebesar besarnya dengan upaya yang sekecil kecilnya.”
Harusnya kebanggaan menyekolahkan anak di pesantren digaungkan melebihi sekolah sekolah umum dan yg lainya. wallahua’lam
1 komentar
kyy, Senin, 19 Agu 2024
MasyaAllah