
disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi,
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang yaitu adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”
Menyibukkan jiwa dan hati dengan sesuatu yang dapat memalingkan dari hal-hal yang urgent (penting) yang dapat membahagiakan serta menyukseskan kehidupan kita di dunia maupun di akhirat, memiliki pengaruh yang sangat buruk terhadap kehidupan kita.
Di mana hal tersebut akan menyempitkan serta menyusahkan kehidupan kita. Bahkan, tidak menjaga pendengaran, tidak menjaga penglihatan, dan tidak menjaga ucapan kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan sebab datangnya kesedihan dan kegalauan, serta mengakibatkan terjadinya hal-hal yang akan membebani kita, membebani kehidupan kita, dan menyebabkan hal-hal yang sangat tidak diinginkan oleh manusia dikehidupan dunia maupun di akhirat kelak.
Sebagaimana pula tidak menjaga pandangan dan tidak menjaga pembicaraan dari hal-hal yang tidak bermanfaat akan menjerumuskan pelakunya ke dalam kesengsaraan serta ke dalam kesedihan.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadits setelah menjabarkan perihal pintu-pintu kebaikan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكَ بِمِلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ فَقَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نتكلم بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.
“Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua pintu kebaikan ini?”, maka sahabat Mu’adz menjawab, “Tentu wahai Nabiyallāh”. Kemudian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memegang lisannya (lidahnya) dan bersabda, “Tahanlah atau jagalah lisan ini!” Mu’adz bertanya, “Wahai Nabiyallāh, apakah kita akan disiksa dengan sebab apa yang kita ucapkan?” Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Alangkah sedihnya ibumu kehilanganmu wahai Mu’adz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam Neraka dengan wajah tersungkur? Tidak lain dan tidak bukan disebabkan hasil panen atau apa yang mereka peroleh dari lisan-lisan mereka.”
Dari sini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda tentang menjaga lisan kita atau menjaga lidah kita dari membicarakan hal-hal yang tidak pantas, yang mana ini adalah salah satu sebab yang akan menjerumuskan kita ke dalam adzab Neraka.
Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh di dalam mendisiplinkan diri, dalam menghiasi diri kita dengan perilaku yang terpuji, menjaga adab, menjaga jiwa, dan menjauhkan diri dari apa-apa yang dapat membahayakannya dan menghancurkannya., Dan salah satunya adalah apa? Tidak menjaga lisan kita, tidak menjaga pandangan kita, dan tidak menjaga pendengaran kita.