Dia berasal dari Syam, bumi yang di berkahi Allah. Sosok Wanita yang menakjubkan, sejak kecil sudah ditinggal orang tuanya. Ia diasuh oleh sahabat yang mulia Abu Darda’.
Sejak usia dini sudah dibiasakan menghadiri sholat berjamaah di tengah shaf laki-laki dengan mengenakan burnus, sejenis pakaian yang menutupi kepala, dan duduk bersamanya di halaqoh-halaqoh pembaca Al Quran. Ketika beranjak dewasa Abu Darda menyuruh Hujaimah untuk bergabung bersama shaf wanita.
Tumbuh dalam asuhan sahabat yang mulia, Hujaimah menjadi Wanita yang berilmu. Kemudian Abu Darda ra meminang Hujaimah kepada keluarganya dan menikahinya. Sejak itulah Abu Darda sering dipanggil dengan Ummu Darda’ Ash-Shughra.
‘ALIM, ZUHUD DAN AHLI IBADAH
Nama Ummu Darda’ menggaung sebagai ahli fiqih dan meriwayatkam hadist-hadist dari suaminya, selain itu ia juga meriwayatkan hadist dari Fadhalah bin ‘Ubaid Al-Anshari, Salman Al-farisi, Ka’ab bin ‘Ashim Al Asy’ari, Ummul Mukminin ‘Aisyah, dan Abu Hurairah.
Muridnya tak hanya kaum perempuan, ulama’ terkemuka dari kalangan tabi’in pun berguru kepadanya. Khalifah Abduk Malik bin Marwan termasuk salah satu tokoh yang kerap menghadiri majelis ilmu Ummu Darda’ bila ia mengajar di Baitul Maqdis, Palestina.
Kezuhudannya pun amat dikenal. Selain itu, ia juga seorang Wanita yang rajin ibadah, mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Terlebih semenjak ia ditinggal oleh suami tercintanya, ia menghabiskan waktu untuk belajar, berpuasa berdzikir kepada yang Maha Kuasa.
Yunus bin Maisaroh berkata, “ ada seorang Wanita yang beribadah bersama Ummu Darda, jika ia lelah berdiri, makai akan mengikat kakinya dengan tali,”
Bukan hanya itu ia seorang Wanita yang sabar tegar mwnghadapi ujian. Tak sedikit wanita yang menangis histeris, tak rela manalaka suaminya dipanggil Allah SWT untuk selamanya, tapi Ummu Darda’ lain daripada yang lain, kesabarannya begitu luar biasa, ketegarannya benar-benar menakjubkan,
Dikisahkan Ketika suami tercintanya meninggal dan hendak dikuburkan ia berkata, ”pergilah kamu menemui Rabbmu, sayapun akan pergi menemui Rabbku, kemudian ia pergi masuk kedalam masjid.”
MENJADI ISTERI DIDUNIA DAN DI AKHIRAT
Karena cinta dan kekagumannya ia pada suaminya, ia selalu berdo’a agar ia tidak hanya menjadi menjas isteri Abu Darda’ didunia saja. Ummu Darda’ pernah berkata kepadanya, ”Dulu kau pinang diriku kepadaku didunia, lalu mereka menikahkanku denganmu. Sekarang kupinang engkau untuk nanti di akhirat.”
”Kalau begitu jangan engkau menikah lagi sepeninggalku,” ujar Abu Darda’
Ummu Darda’ benar-benar memenuhi permintaan Abu Darda. Setelah sepeninggalnya. Muawiyah bin Abi Sufyan datang menyampaikan pinangan. Saat itu Ummu Darda’ masih muda dan dikenal kecantikannya. Ummu Darda’ menolak. “tidak” katanya, “aku tidak akan menikah lagi dengan seorangpun didunia sampai aku menikah dengan Abu Darda’ di dalam surga,”
“Kalau demikian, hendaknya engkau banyak berpuasa,”kata Mu’awiyah.
NASEHAT PENUH HIKMAH
Nasehat ummu Darda’ benar-benar menggetarkan hati, menusuk kalbu penuh akan hikmah.
‘Abdur Rabbih bin Sulaiman bin ‘Umair bin Zaitun mengatakan, “Ummu Darda’ pernah menuliskan untukku di lembaran catatanku tentang hikmah yang diajarkan kepadaku, “pelajarilah hikmah semasa mudamu, niscaya nanti kau akan mengamalkan dimasa tuamu, karena setiap orang menanam pasti akan menuai hasilnya, baik berupa kebaikan atau kejelekan.
Ummu Darda’ pernah pula memberikan nasehat, ”Sungguh berdzikir kepada Allah itu adalah perkara yang paling besar. Kalau engkau sholat, maka itu termasuk dzikrullah. Kalau engkau puasa, maka itu juga termasuk dzikrullah. Segala kebaikan yang ungkau lakukan, itupun juga termasuk dzikrullah. Dan yang paling utama adalah bertasbih kepada Allah.”
Utsman bin Hayyah menceritakan, “Kami pernah makan bersama Ummud Darda’, lalu kami lupa memuji Allah. Ummud Darda’ pun mengatakan, ‘Nak, jangan kalian lupa membumbui makanan kalian dengan dzirullah. Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam saja.”
WAFATNYA
Ummu Darda’ Ash-Shugra, sebuah permisalan kehidupan seorang wanita yang sarat dengan kebaikan, selalu beribadah kepada Allah, sayang kepada suami dan memanfaatkan waktunya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Tuannya para tabiiyat” itulah gelar yang diberikan oleh Ibnu Abu Dawud kepada Ummu Darda’.
Perempuan shalihah ini wafat pada 81 H, usai menunaikan ibadah haji. Ummu Darda’ dimakamkan disebelah makam Abu Darda’ di Babus Shagir, Damaskus. Semoga Allah merahmatinya.
Rujukan :
Siyar A’lam Nubala , Adh Dzahabi
Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir
Nisa’ min ashri tabiin, Ahmad jama’ah