SEKILAS INFO
: - Rabu, 04-12-2024
  • 4 bulan yang lalu / Pengambilan Sanad Al Qur’an Qira’ah Imam Ibnu katsir (Riwayat Al Bazzi & Qunbul) Online bersama Ust Khoirul H. Faturrozy, info hub. 089667586200  
  • 10 bulan yang lalu / Bingung pilih pondok Tahfidz atau pondok IT ? di Darul Fithrah kamu bisa dapat keduanya. Lebih Efektif & Efisien
  • 1 tahun yang lalu / Penerimaan Santri Baru ponpes Darul Fithrah resmi di buka
HATI ADALAH TEMPATNYA ILMU

Dalam menuntut ilmu, aspek utama yang harus selalu diperhatikan seseorang adalah menjaga niat. Hal ini dikarenakan niat adalah penentu setiap amal. Amalan-amalan kecil dapat menjadi besar pahalanya disebabkan niat, begitu juga amalan-amalan besar menjadi kecil pahalanya disebabkan oleh niat. Seseorang yang tidak menjaga niatnya dengan baik, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh hawa nafsunya. Selain itu, ilmu tidak akan menghampiri kecuali pada seseorang yang memiliki hati bersih.

Dalam pandangan Islam, kadar seorang hamba dalam mendapat ilmu sesuai dengan kadar kebersihan hati. Bagaikan gelas kosong yang siap dituang air, begitu juga keadaan hati yang bersih, akan mudah menerima ilmu yang disampaikan. Barang siapa yang hatinya dihiasi oleh akhlak mulia, maka hatinya akan menjadi tempat yang layak bagi ilmu. Begitu pula sebaliknya, barang siapa yang hatinya kotor dan ternodai oleh akhlak tercela, maka ilmu enggan untuk menetap dan berkuranglah kadar hamba terhadap ilmu.

Oleh karena itu, tolak ukur ilmu sebenarnya bukan sekedar pada kecerdasan, bukan cepat atau lambatnya seorang dalam menghafal, bukan sedikit atau banyaknya hafalan, melainkan tolak ukur ilmu itu diukur dari keindahan hati, perangai baik yang ditebarkan, serta bertambahnya rasa takut pada sang Maha Pencipta. Karena jika diperhatikan lebih jauh, ilmu itu adalah amalan hati.

Allah ‘azza wa jalla berfirman

إنَّمَا يَخْشَى اللَّـهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Sesunggunya hamba Allah yang paling takut kepadanya adalah ulama (orang-orang berilmu)” (QS. Fatir: 28).

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan,

كفى بخشية الله علما, وكفى بالاغترار بالله جهلا

“Cukuplah rasa takut kepada Allah adalah ilmu, dan cukuplah merasa aman dari azab Allah adalah kebodohan”.

Maka dari itu, penuntut ilmu hendaknya senantiasa menjaga kebersihan hati agar menjadi tempat yang layak bagi ilmu. Bukankah para pedagang atau pengoleksi barang-barang berharga, sebelum ia memulai berdagang atau mengoleksi, ia akan pikirkan tempat yang cocok untuk menyimpan barang-barang antik atau berharga itu? Emas, berlian, perak, batu mulia, mobil mewah atau bahan-bahan makanan yang mahal tidak mungkin disimpan di tempat sampah, atau tempat-tempat lusuh dan jorok. Pasti ia akan siapkan tempat yang aman, membuat awet barang, dan pertimbangan-pertimbangan lain. Bahan makanan akan cepat basi, emas perak berlian akan mudah hilang diraup pencuri, saat ditempatkan pada tempat-tempat yang tidak semestinya. Demikian juga ilmu, ia tidak akan betah tinggal kecuali pada hati-hati yang bersih.

TINGGALKAN KOMENTAR

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

PENGUNJUNG