Kehidupan seorang muslim di dunia tak lepas dari yang namanya ujian. Ujian tersebut dapat berupa kesempitan atau bahkan kelapangan hidup. Seorang yang diuji kesempitan hidup berupa mendapatkan hal-hal yang tidak disukai dan tidak mengenakan, akhirnya ia merasa kurang dan tidak puas dengan apa yang Allah ﷻ berikan bahkan terkesan seperti menganggap bahwasanya Allah ﷻ tidak adil. Adapun manusia yang Allah ﷻ uji berupa kelapangan hidup biasanya terlena dengan rizki yang Allah berikan. Sehingga ia lupa bahwa apa yang Allah ﷻ berikan hanyalah sebuah titipan dan sewaktu-waktu dapat Allah ﷻ ambil. Keduanya merupakan ujian yang Allah berikan di dunia ini, sebagai bentuk penyaringan bagi hambanya, agar Allah ﷻ dapat melihat, mana yang benar-benar beriman atau sebaliknya.
Terlebih pada saat zaman ini, yang mulai gelap gulita dengan kabut fitnah kehidupan. Kabut tersebut berasal dari api fitnah yang kemudian masuk ke dalam bilik-bilik rumah, relung jiwa bahkan dapat meruntuhkan tonggak keimanan seorang hamba. Seorang yang ditemukan pagi harinya bersama-sama beramal dalam kebaikan, bisa saja pada sore harinya dijumpai tengah merusak kebaikan yang dilakukan atau sebaliknya.
Hal ini telah diwanti-wanti oleh Rosulullah ﷺ sang teladan, beliau menggambarkan dan mengabarkan kepada manusia, bahwa akan datang suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada Islam maka keadaannya seperti orang yang menggenggam bara. Kiranya hal ini sudah nyata, baik bagian Islam secara umum maupun secara khusus. Maknanya, seorang muslim hendaknya kuat dan kokoh ketika mengamalkan syariat Islam di tengah-tengah kobaran fitnah kehidupan. Dan ini harus disadari sejak awal. Karena jika tidak, baru melakukan amal kebaikan sebentar kemudian akan dilepaskan dan jika sudah melepaskan genggaman kepada Islam, maka akan kehilangan dunia dan akhirat. Mungkin saat itu akan merasa hidup baik dan nyaman saat di dunia, tapi sejatinya tidak ada kenyamanan dan kesenangan yang kekal kecuali di jannah-Nya Allah ﷻ kelak.
Setelah menyadari memegang Islam seperti mengenggam bara, sejatinya kalau kita pegang dengan baik dan erat walau mungkin awal terasa panas Insyaa Allah akan terasa nikmat lezat seakan di jannah. Karena sejatinya Allah ﷻ menetapkan syariat untuk seluruh manusia sampai akhir zaman dan hikmahnya itu berlaku sampai akhir zaman. Tidak ada satu syariat ini yang tujuannya untuk menyengsarakan. Kalau ada yang merasa sengsara dalam memegang ajaran islam, dalam pandangan lain dia hidup terhina, hidup tersiksa,
Sayyid kutub mengatakan , Hidup dibawah naungan al-Qur’an adalah sebuah nikmat yang tidak akan diketahui kecuali oleh orang yang sudah merasakannya. Nikmat berpegang teguh kepada ajaran Allah, Tidak ada satu pun syariat dibebankan kecuali tujuannya untuk kebaikan dan kalau kita menjalaninya dengan baik, kita pasti akan nikmat merasakannya. Dan hal tersebut sudah banyak dirasakan oleh para sahabat, nabi, tabiin dan sebagainya. Wallahu a’lam.