
Di tengah dinamika kehidupan yang semakin canggih ini, muncul 2 istilah yang menggambarkan sebagian kondisi manusia saat ini. Burn out dan brain rot. Dua istilah ini makin marak terdengar beberapa tahun belakangan ini, terutama di media sosial. Yang pertama, burn out adalah kondisi ketika seseorang terlalu lelah baik secara fisik, mental maupun emosional akibat tekanan pekerjaan atau belajar yang berlebihan. Akibatnya dapat menyebabkan susah fokus, hilang nafsu makan, susah tidur, mudah marah dan cepat lelah. Yang mana pada ujungnya bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Sedangkan brain rot adalah menurunnya kemampuan berpikir karena terlalu sering melihat konten-konten receh atau tidak berkualitas di internet. Kata brain rot sendiri memiliki arti pembusukan otak. Menurut psikologi, brain rot secara sederhana, adalah istilah psikologis yang menggambarkan dampak buruk dari penggunaan teknologi yang berlebihan. Dampak dari brain rot ini adalah dapat menyebabkan seseorang sulit untuk konsentrasi, berkurangnya rentang atensi, tidak sabaran, susah lepas dari gadget, mudah FOMO, hingga menarik diri dari lingkungan sosial. Dalam jangka panjang, brain rot ini dapat menyebabkan stress, kecemasan dan gangguan mental apabila tidak segera ditangani.
Mana Yang Lebih Baik?
Islam adalah agama yang mengajarkan pertengahan. Tidak berlebihan tidak pula meremehkan. Sebagai umat pertengahan, kita diajarkan untuk menghindari sikap ekstrem dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks burnout dan brain rot, ini berarti menjaga keseimbangan antara bekerja keras dan beristirahat, serta menghindari kemalasan yang merugikan. Secara garis besar, burnout disebabkan karena terlalu berlebihan dalam beraktifitas, sedangkan brain rot disebabkan karena kemalasan yang dituruti.
Bahkan dalam hal ibadah sekalipun, kita dilarang untuk terlalu berlebihan. Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Salman Al-Farisi kepada Abu Darda’ yang terlalu sibuk beribadah hingga melupakan hak dirinya dan hak istrinya. Salman berkata:
“Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu. Maka berikanlah setiap pihak haknya.”
Ucapan ini lalu dibenarkan oleh Rasulullah ﷺ. Dari sini bisa kita fahami bahwa kita memahami hak-hak tubuh kita dan memberikannya. Di antara hak tubuh kita adalah istirahat yang cukup. Dengan istirahat yang benar dan cukup, kita akan lebih mudah untuk istiqomah dalam beribadah. Sedangkan terlalu ngoyo hingga mencapai titik burnout, sangat berpotensi membuat kita futur dalam beribadah ataupun melakukan aktifitas lainnya. Allah sendiri juga berfirman,
فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kemampuan kamu.” (At-Taghabun[64]: 16)
Begitu juga sebaliknya, Islam sangat mencegah terjadinya brain rot, yaitu dengan melarang kemalasan. Karena Brain rot sendiri menggambarkan kondisi stagnansi mental akibat kemalasan dan kurangnya aktivitas produktif. Bukan hanya Islam, tapi semua orang bahkan yang tidak berimanpun sepakat bahwa kemalasan adalah sifat tercela. Malas sama saja dengan membuang sia-sia umur dan waktu yang kita miliki. Islam sangat menekankan pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dua nikmat yang sering dilalaikan oleh manusia: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Terjadinya brain rot tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga menghalangi seseorang untuk memberikan kontribusi kepada keluarga, masyarakat dan agama. Saking buruknya sifat malas, Rasulullah sampai menyuruh kita untuk berlindung dari sifat malas dengan berdo’a,
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالجُبْنِ وَالهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالمَمَاتِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjadi umat yang pertengahan, menjaga keseimbangan dalam segala hal. Burnout menunjukkan usaha, tetapi harus diimbangi dengan istirahat agar tidak merugikan kesehatan. Sebaliknya, brain rot mengingatkan kita akan bahaya kemalasan. Dengan mengikuti prinsip Islam tentang pertengahan, kita dapat menghindari kedua kondisi tersebut dan menjalani hidup yang produktif, sehat, dan bermakna. Wallahu a’lam bish shawab.
Mujahid Ammar