
Tidak terasa, sebentar lagi kita akan dipertemukan dengan bulan yang istimewa. Suatu bulan yang didalamnya terdapat malam-malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Suatu Bulan yang didalamnya Allah ﷻ turunkan al-Qur’an dan keberkahan. Suatu bulan yang didalamnya pintu-pintu untuk beramal sholih dibukakan. Singkatnya, bulan tersebut menjadi bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan.
Alangkah baiknya, pertama kali yang kita lakukan adalah memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah ﷻ yang masih berkenan mencurahkan nikmat berupa dipertemukan dengan bulan ramadhan. Rasa syukur tersebut, tidak cukup dengan sekedar ucapan kalimat thayyibah yang keluar dari lisan, tidak cukup pula hanya sekedar dengan keyakinan. Namun, rasa syukur yang kita panjatkan akan terasa lebih lengkap dan sempurna, manakala kita ejawantahkan dengan menguatkan dan memperbagus amal ketaatan.
Oleh karena itu, yang kedua, kita perlu mempersiapkan diri, dalam menyambut bulan istimewa ini. Agar kita tidak menyia-nyiakan peluang amal yang ini.
Adapun beberapa amal ketaatan yang dapat kita maksimalkan dan menjadi amal andalan saat berjumpa dengan bulan ramadhan adalah sebagai berikut :
1. Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyaallahu ‘anhu disebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ))
Artinya : “Seluruh amal ibadah bani Adam adalah miliknya, kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya (ibadah puasa itu) adalah milik Allah ﷻ dan Dia-lah yang akan langsung membalasnya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada aroma minyak kesturi.” (HR. Al-Bukhori, no. 5927)
Dalam hadits lain Rasulullah ﷺ bersabda tentang keutaman berpuasa :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Artinya : “Barangsiapa berpuasa karena keimanan dan semata-mata karena mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhori, no. 38)
Dari dua hadits diatas, puasa menjadi amalan utama seorang hamba dalam menjalani ibadah di bulan ramadhan. Tentu saja, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang yang hanya menahan diri dari makan dan minum saja, namun diperuntukkan bagi yang benar-benar mengaplikasikan nilai puasa. Maka, dalam menunaikan ibadah puasa kita perlu memperhatikan pendengaran, penglihatan, lisan serta anggota badan.
2. Memperbanyak Bersedekah

Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan, dan kedemawanan beliau semakin bertambah di bulan ramadhan. Aplikasi dari kedermawanan dalam hal ini seperti halnya menyediakan hidangan untuk berbuka puasa, santunan kepada fakir miskin dan sebagainya.
Dalam sebuah hadits disebutkan tentang keutamaan menyediakan hidangan berbuka bagi yang puasa :
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا. هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Artinya : “Barangsiapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR. At-Tirmidzi. No. 807)
Adalah para salafus shalih senantiasa saling berlomba-lomba dalam menyediakan hidangan berbuka puasa untuk orang yang berpuasa padahal mereka sendiri juga berpuasa. Mereka sangat gemar untuk mengundang orang-orang dan menjamu hidangan untuk berbuka puasa.
Dalam ibadah ini, memberikan faidah kepada kaum muslimin tentang welas asih dan kasih sayang kepada sesama hamba Allah ﷻ, serta mengharap ridha dan pahala dari ketaatan yang mereka dapat lakukan disebabkan makanan yang diberikan.
3. Bersungguh-Sungguh dalam Berinteraksi dengan al-Qur’an

Bulan ramadhan adalah bulan al-Qur’an. Kaum muslimin dianjurkan agar memperbanyak berinteraksi dengan al-Qur’an, baik dengan membacanya, mentadabburi maknanya, mengkaji artinya, mengulang hafalan dan sebagainya.
Di antara keadaan para salafus shalih adalah selalu menyibukkan diri dalam hal-hal yang berkaitan dengan al-Qur’an. Malaikat jibril memperdengarkan al-Qur’an kepada Rasulullah ﷺ pada bulan ramadhan. Sahabat Utsman bin Affan mengkhatamkan al-Qur’an setiap hari pada bulan ramadhan. Di antara lainnya ada yang menghatamkan setiap tiga malam sekali, dan sebagian yang lain ada yang menghatamkan sebanyak tujuh malam sekali dan seterusnya.
Mereka membaca al-Qur’an baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Singkatnya, salah satu yang menjadi amalan andalan para salafus shalih terdahulu saat berada di bulan ramadhan dari awal hingga akhir ramadhan adalah memperbanyak tilawah al-Qur’an. Bahkan mereka sampai menangis lantaran bersungguh-sungguh dan menjiwai ketika berinteraksi dengan al-Qur’an.
4. Berlama-lama di Masjid, Tetap Duduk Di Masjid Hingga Terbit Matahari.
Masjid merupakan tempat suci kaum muslimin beribadah kepada Allah ﷻ. Tujuan dari seseorang berdiam diri di masjid adalah agar berlama-lama duduk dimasjid mengingat Allah ﷻ. Meluruskan hati dan pikiran hanya untuk Allah ﷻ semata.
Rasulullah ﷺ memberi kabar bahwa ketika seorang hamba melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah di masjid, kemudian duduk di masjid dalam rangka berdzikir hingga matahari terbit, kemudian menunaikan shalat dua raka’at, maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna.
Hal ini berlaku di setiap hari, maka bagaimana pula bila dilakukan pada bulan ramadhan? Tentunya, pintu untuk melakukan ketaatan akan dibukakan dengan lebar. Maka, hendaknya kita berusaha mendapatkan pahala yang agung dan ridha Allah ﷻ.
Selain itu, bagaimana seseorang mengawali pagi memiliki pengaruh yang kuat dalam menjalani hari. Ketika seseorang mengawali pagi hari dengan ketataan kepada Allah ﷻ, maka dalam menjalani hari ia akan selalu bersemangat dan siap mendapatkan berkah. Adapun sebaliknya, ketika seseorang mengawali pagi hari dengan suatu hal yang buruk, maka tidak ada nilai postif yang ia jalani pada hari tersebut.
5. Berusaha Mencari Malam Lailatul Qadr
Malam Lailatul Qadr adalah malam yang sangat mulia. Dimana pada malam itu lebih baik hitungannya daripada seribu bulan atau setera dengan kurang lebih 83 tahun. Biasanya, malam ini terjadi di sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan tepatnya pada malam-malam ganjil. Seorang hamba yang beribadah dan memohon ampunan pada malam tersebut dan mendapatkannya, akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah ﷻ.
Allah berfirman dalam surat al-Qadr :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
Artinya : “Sesungguhnya kami telah menurunkan al-Qur’an pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”
Adapun Rasulullah ﷺ senantiasa mencari malam Lailatul Qadr dan memerintahkan para sahabat untuk mencarinya. Beliau membangunkan keluarganya pada malam sepuluh akhir di bulan ramadhan dengan harapan mendapat malam Lailatul Qadr.
Dalam kitab shahih diriwayatkan dari ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang do’a apa yang dipanjatkan jiak bertepatan dengan malam Lailatul Qadr. Rasul ﷺ bersabda, “Bacalah :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
Artinya : “Ya Allah, Sesungguhnya engkau Maha Pemberi ampunan, dan menyukai orang yang memohon ampun, maka ampunilah aku.”
Demikianlah beberapa amalan yang dapat kita jadikan andalan dalam menjalani ibadah di bulan ramadhan. Tentunya, amalan-amalan tersebut ada tuntunan dan tata caranya. Semoga Allah ﷻ senantiasa membimbing kita menuju ketaatan dan jalan yang diridhai-Nya, aamiin ya rabbal ‘aalamiin.