
Berbagai penelitian tentang studi perubahan nasib menuliskan bahwa salah satu elemen kunci dalam memperjuangkan mimpi, cita-cita dan harapan seseorang adalah grit (daya juang dan kegigihan).
Grit adalah sebuah istilah bahasa inggris yang memiliki makna daya juang. Dalam ilmu psikologi, grit merupakan daya juang dan kegigihan seseorang untuk mencapai hasil yang maksimal dan pencapaian yang mengagumkan di pendidikan ataupun nyata. santri dalam mencapai bidang nya baik tahfidz maupun IT itu harus benar2 mempunyai daya juang yang kuat supaya memiliki output yang hebat.
daya juang untuk generasi sekarang sudah tidak kelihatan. generasi sekarang mayoritas generasi loyo. maka kita musti menerapkan pendidikan untuk mengasah grit nya para santri ataupun siswa.
Penelitian tentang grit ini pertama kali dikemukakan oleh Angela Duckworth. Seorang profesor dan psikolog dari Universitas Pennsylvania. Dr. Duckworth melakukan penelitian di sebuah sekolah terhadap puluhan anak dari berbagai latar belakang dan status sosial. Dari hasil penelitiannya dia menyimpulkan bahwa IQ yang tinggi nyatanya bukan satu–satunya tolok ukur untuk membedakan antara kecerdasan seorang anak. Karena IQ yang rendah tak selamanya mendapatkan nilai yang buruk. Hal ini membuktikan bahwa seorang anak yang berusaha keras belajar ternyata juga mampu untuk mencapai sesuatu yang luar biasa.
Grit tak ada hubungannya dengan keadaan fisik dan penampilan yang menarik, bukan juga karena limpahan materi atau kecerdasan sosial dan IQ yang tinggi. Grit adalah faktor mental yang kuat berupa daya juang, kegigihan, keuletan, ketekunan dan kesabaran yang tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebuah ide menarik untuk meningkatkan grit ini pertama kali dikembangkan oleh Carol Seek di Stanford University yaitu dengan meningkatkan cara growing mindset (pola pikir berkembang). Growing mindset ini memiliki makna kemampuan belajar seseorang bisa meningkat dan terealisasi dengan usaha yang maksimal, terus-menerus dan pantang menyerah.
Dengan memiliki pola pikir growing mindset. Seseorang akan mampu mengatasi berbagai macam kegagalan, halangan, rintangan dan berusaha memperbaikinya. Karena kegagalan bukanlah akhir segalanya tapi bagian dari sebuah proses untuk mencapai keberhasilan. Fall seven, rise eight.

Ada Steve Jobs dengan produk applenya. Bagaimana kisah perjuangan hidupnya yang penuh dengan goncangan, kegagalan dan kerugian hingga diangkat dalam sebuah film drama biografi Amerika yang diproduksi tahun 2015 arahan sutradara Danny Boyle. Hingga pada akhirnya, apple product kini digandrungi oleh gadget freak di seluruh dunia. Peran grit berbicara.
Ada Chairul Tanjung. Pengusaha yang memusatkan bisnisnya di tiga sektor utama yaitu keuangan (finansial), multimedia dan properti. Karena kegigihan dan keuletan dalam dunia bisnis, menghantarkannya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, versi majalah Forbes. Padahal kita tahu bagaimana beliau dijuluki si anak singkong. Kembali kegigihan dipertaruhkan. Itulah grit.
Ada juga Agnes Monica. Penyanyi penuh talenta, peraih penghargaan Mnet Asian Music Awards (MAMA) di Ho Cho Minh, Vietnam dan segudang prestasi lainnya yang dia raih. Tapi pernahkan kita tahu, bagaimana perjuangannya, jatuh bangunnya, kalah dalam beberapa nominasi yang diunggulkannya, kita semua hampir tak pernah tahu sepak terjangnya dalam dunia musik hingga akhirnya muncullah ungkapan dari dia reach your dream and make it happen.
Sayangnya, di era ledakan smartphone yang penuh dengan notifikasi ini, acap kali muncul mentalitas instant gratification yaitu suatu keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara seketika.
Faktanya, studi neurologi (Care, 2019) menunjukkan attention span kebanyakan orang saat ini makin pendek, karena kita terbiasa klik ini, klik itu, scroll ini, scroll itu, pindah ke berbagai aplikasi lainnya dengan cepat. Hal ini menyebabkan cakupan perhatian kita semakin pendek.
Dampak dari perilaku di atas bisa menyebabkan kita anti terhadap proses dan kesabaran. Padahal grit itu membutuhkan kesabaran ekstra dan kegigihan. Daya grit ini amat fokus pada proses yang terkadang lambat dan membutuhkan kesabaran tinggi, penuh ketelitian, perjuangan dan persistensi tanpa henti bukan suatu proses yang didapatkan secara instan.
Seseorang yang memiliki grit, dia harus tahu passionnya apa, dan bagaimana mengoptimalkannya. Passion saja tidak cukup, karena harus terus belajar, mengasah, berlatih sehingga apa yang menjadi passionnya itu bisa bermanfaat bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang lain.
Untuk mendapatkan sesuatu yang hebat itu butuh proses yang panjang dan terus-menerus dilakukan. Berproses itu artinya bertumbuh, dan bertumbuh itu pastinya tidak akan nyaman. Perlu perjuangan dan kegigihan dalam mencapainya. Perlu konsistensi dan persistensi untuk meraihnya.
Memang untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dan luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara-cara istimewa dan tak biasa. Ada harga yang harus dibayar, ada keringat yang harus dikeluarkan, ada usaha yang harus dilakukan dan ada doa yang senantiasa dipanjatkan.
Semoga bermanfaat
Teguh Ade M