Teladan Akhlak Dari Seorang Imam Ahmad

 

 

Imam Khatib Al Baghdadi dalam kitabnya al Jami li Akhlaq ar-Raqi  mengisahkan tentang akhlak Imam Ahmad bin Hanbal terhadap muridnya Harun ibnu Abdillah. Harun bin bin Abdilah dikenal sebagai ahli hadis sekaligus pedagang kain di Baghdad. disela sela kesibukanya ia juga mengajarkan ilmu kepada masyarakat dengan membuat halaqoh-halaqoh ilmu.

Saat malam mulai datang ,Harun bin Abdillah biasa terjaga hingga larut malam untuk belajar dan meneliti hadist sesuai dengan kebiasaanya setiap hari. Tanpa ia sadari, malam itu ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya ketika larut malam. Ketika ia membuka pintu, betepa terkejutnya karena yg datang malam itu adalah Gurunya tercinta Imam Ahmad bin Hanbal. Ia pun mempersilahkan sang guru untuk masuk.

Sang tamu, Imam Ahmad bin Hanbal berjalan berjingkat seolah tidak ingin ada yang mengetahui kehadirannya karena suara langkah kakinya. Imam Ahmad pun menjaga suaranya untuk tetap pelan saat sampai di rumahnya. Dia berkata:

“Maafkan aku ya Harun. Aku tahu engkau biasanya ,masih terjaga meneliti hadis selarut ini. Maka aku pun memberanikan diri mendatangimu. Ada hal yang mengusik hatiku sejak siang tadi.”

Harun pun terkejut. “Sejak siang? Apakah itu guru?” Suara Imam Ahmad kembali dipelankan bahkan dengan berbisik.

“Siang tadi aku lewat di samping majelismu saat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Aku saksikan murid-muridmu terkena terik sinar mentari saat mencatat hadist-hadist. Sementara dirimu bernaung di bawah bayangan pepohonan,”terang Imam Ahmad.

“Lain kali, janganlah seperti itu wahai Harun. Duduklah dalam keadaan yang sama sebagaimana murid-muridmu duduk. “ Harun pun tercekat tanpa mampu berkata apa-apa.

Sang guru berbisik lagi lalu memohon pamit. Dia melangkah berjingkat dan dengan hati-hati menutup pintu.

“Masya Allah! Inilah guruku Ahmad bin Hanbal. Begitu mulianya beliau dalam menyampaikan nasihat,”ujar Harun saat mengisahkan cerita tersebut.

Sebenarnya, amat mudah bagi Imam Ahmad untuk menegur langsung kekhilafan yang tak disengaja oleh muridnya itu saat melintasi di majelis ilmu yang diisi Harun Ibnu Abdillah. Namun, semua itu tak dilakukan demi menjaga wibawa muridnya di hadapan anak didiknya..

Beliau bahkan menunggu hingga larut malam dengan langkah yang sembunyi-sembunyi. Tujuannya untuk memberikan nasihat tanpa ada orang lain yang mengetahui kesalahan muridnya tersebut. Dia bahkan berjalan berjingkat agar anggota keluarga Harun tak ada yang mengetahui kehadirannya.