SEKILAS INFO
: - Jumat, 29-03-2024
  • 1 minggu yang lalu / Telah di buka SEDEKAH BUKA PUASA UNTUK SANTRI Darul Fithrah, mari kita raih pahala sebanyak banyaknya salah satunya dengan memberi makan dan minum orang yg berpuasa di bulan Ramadhan yg mulia ini.
  • 1 minggu yang lalu / Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an , mari kita gunakan waktu di bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak membaca dan mentadabburi isi Al Qur’an.
  • 2 bulan yang lalu / Bingung pilih pondok Tahfidz atau pondok IT ? di Darul Fithrah kamu bisa dapat keduanya. Lebih Efektif & Efisien
IMAM BUKHARI | Penulis Kitab Tershahih Setelah al-Qur'an

Muhammad Bin Ismail Al Bukhari

(194-256 H)

  1. Nama, Nasab dan Sifat-Sifatnya

Nama beliau adalah Muhammad bin Isma`il bin Ibrohim al Mughiroh bin Badzibah Panggilan Imam al-Bukhari adalah Abu Abdillah. Sedangkan nama ayahnya adalah Isma`il bin Ibrahim yang mempunyai nama panggilan Abul Hasan. Isma`il bin Ibrahim adalah seorang guru besar dalam bidang hadits. Imam Al Bukhari telah menyebutkan biografi ayahnya dalam kitab karyanya At Tarikh Al Kabir 1/342-343.

Al Hafidz berkata: ketika Ismail bin Ibrahim meninggal, Imam Al Bukhari masih kecil. Oleh sebab itu Imam Al Bukhari tumbuh dalam asuhan ibunya. Ibu Imam Al Bukhari adalah seorang wanita yang ta`at dalam beragama dan dikaruniai karomah. Dikisahkan Ghunjar dalam Tarikh Baghdad dan Al Ilka`I dalam Syarah As Sunnah, Bab Karomatu Auliya`, bahwa pada waktu kecil, kedua mata Imam Al Bukhari telah buta. Kemudian ibuya dalam tidur bermimpi melihat Nabi Ibrahim seraya berkata: “Wahai kaum perempuan, sungguh Allah telah mengembalikan kedua mata putramu karena kamu sering bedo`a kepada-Nya” Perawi menambahkan,” Di pagi harinya, sungguh Allah telah menyembuhkan mata Imam Al Bukhari “.

Sifat Imam Al Bukhari

Al Hassan bin al Husain al Bazzaz berkata, “Aku telah melihat Imam Al Bukhari. Dia adalah seorang syaikh yang berbadan kurus, tidak tinggi dan tidak pendek”.

  1. Kelihaian dan Besarnya

Imam Al Bukhari lahir di salah satu kota dari wilayah Khurosan, tepatnya di daerah yang bernama Bukhara. Bukhara adalah kota tua yang indah, berada di wilayah ibukota Samaniyin. Ahli sejarah sepakat bahwa Islam masuk kota tersebut pada masa Daulah Umaiyyah.

Al Hafidz berkata: “Imam Al Bukhari lahir di Bukhara pada hari jum`at setelah shalat jum`at di laksanakan, tepatnya pada tangal 13 Syawal tahun 194 H.

  1. Awal Menuntut Ilmu Dan Semangatnya Yang Tinggi

Ayahnya adalah seorang ulama` besar dalam bidang hadits dan ibunya adalah seorang hamba yang sholihah dan ta`at dalam beragama. Oleh sebab itu, sebagian ulama mengatakan bahwa Imam Al Bukhari lahir di tempat yang banyak terdapat ilmu. Sehingga tidak mengherankan jika dia menjadi seorang ulama` yang susah dicari tandingannya.

Sebagian teman-teman Imam Al Bukhari bertanya kepadanya, “Pada waktu itu, usiamu sudah berapa tahun? Imam Al Bukhari menjawab, “11 tahun, ketika usiaku telah menginjak umur dewasa (16 tahun) aku telah menghafal buku yang ditulis oleh Ibnul Mubarok dan Waqi` bin Al Jarroh, dan aku juga telah memahami apa yang mereka tulis dalam bukunya tersebut”.

Kemudian, aku, ibuku dan saudaraku Ahmad berangkat bersama-sama menuju kota Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah selesai, ibuku dan juga saudaraku pulang ke kampung sedangkan aku masih saja di kota tersebut untuk menuntut ilmu dan mencari hadits. Ketika usiaku telah mencapai 18 tahun, aku sudah mulai menelurkan karya-karya seputar pemasalahan Tabi`in dan perkataan-perkataan mereka. Proses penulisan ini terjadi pada masa Ubaidillah bin Musa. Aku juga menulis kitab At Tarikh di makam Rasululah pada malam belasan bulan Qomariah.

Disebutkan pula dengan sanad sampai kepada Bakar Al A`yan, dia berkata, “kami menulis hadits dari Imam Al Bukhari berdasarkan bab-bab dari Muhammad bin Yusuf al Faryani. Saat itu ia belum tumbuh janggut di dagunya. Sehingga aku bertanya kepadanya, berapa usiamu sekarang? ” Imam Al Bukhari menjawab, “17 tahun”.

  1. Perjalanan Ke Kota-Kota Untuk Menuntut Ilmu

Imam Al Bukhari melakukan rihlah ( pejalanan untuk mencari ilmu/ hadits) setelah dia mengambil seluruh hadits yang ada di kota Bukhoro. Di antara syaikh yang telah ia ambil haditsnya adalah Muhammad bin Salam Al Bikandi, Abdullah bin Muhammad Al Musnadi dan Ibrohim bin Al Asy`by.

Rihlah pertama kali yang Imam Al Bukhari lakukan adalah ke kota Mekkah ketika Imam Al Bukhari dan ibunya berangkat untuk melaksanakan ibadah haji. Dan di antaa guru-guru yang pernah ia temui di mekkah adalah Abul Walid Ahmad bin Al Azraqi, Abdullah bin Yazid, Ismail bin Salim Ash Sha`igh, Abu Bakat bin Abdillah bin Az Zubair dan Al Allamah Al Humaidi.

Kemudian pada tahun 212 H ia melanjutkan rihlahnya menuju kota Madinah, sedangkan umurnya pada waktu itu telah menginjak 18 tahun. Di kota tersebut ia juga telah mendengarkan langsung dari syaikhnya seperti, Ibrohim bin Al Mundhir Mathrof bin Abdillah, Ibrohim bin Hamzah, Abu Tsabit bin Ubadillah, Abdul Aziz bin Abdillah Al Uwaisi dan yang lainnya.

Kemudian ia melanjutkan lagi rihlahnya menuju kota Bashroh. Sedangkan guru yang ia dapat dari kota tersebut adalah Abu Ashim An Nabil, Shafwabn bin Isa, Badil bin Tsabit Al Mahbar, Harami bin Imarah dll.

Kemudian ia melanjutkan menuju Kuffah. Sedangkan gurunya di kota tersebut adalah Abdulah bin Musa, Abu Nua`im bin Ya`qub, Isma`il bin Abban, Hasan bin Ar Robi, Khalid bin Al Mujallid dan Sa`id bin Hafs.

Kemudian ia melanjutkan menuju Baghdad. Sedangkan gurunya di kota tersebut adalah Ahmad bin Hambal, Muhammad bin Isa Ash Shobbbagh, Muhammad bin Sa`iq dan Syuraikh bin Nua`im.

Imam Al Bukhari juga pernah memasuki kota Syam. Di kota tersebut ia menimba ilmu dari Yusuf Al Faryabi, Abu Ishaq bin Ibrohim, Adam bin Abi Iyas, Abul Yaman Al Hakkam bin Nafi` dan Hayawah bin Syuraih.

Imam Al Bukhari juga memasuki kota Mesir. Di sana ia menimba ilmu dari Utsman bin Ash Sha`igh, Said bin Abi Maryam, Abdullah bin Shalih, Ahmad bin Shalihdan Ahmad bin Syua`ib.

Al Kattib al Baghdadi berkata, “Sungguh Imam Al Bukhari telah melakukan perjalanan ke beberapa daerah untuk menuntut hadits. Ia telah menulis hadits di Khurasan, semua kota di Irak, Hijaz, Syam, Mesir dan telah beberapa kali memasuki kota Baghdad.

  1. Guru-Guru Imam Bukhari

Ja`far bin Muhammad Al Koththon berkata, “Aku telah mendengar Imam Al Bukhari berkata,” Aku telah menulis hadits dari (1000) guru, bahkan lebih banyak lagi, dan mereka semua adalah para ulama`. Aku tidak pernah memperoleh hadits satu pun kecuali aku juga telah mempunyai sanadnya.

Imam Al Bukhari berkata, “Aku tidak menulis dari seorang Syaikh kecuali ia mengatakan ” Iman adalah perbuatan dan perkataan”.

Guru Imam Al Bukhari ada lima tingkatan:

Petama, orang yang menerima hadits dari Tabi`in.

Kedua, orang lain yang semasa dengan kelompok yang pertama, namun mereka tidak menerima hadist tersebut dai kelompuk tabi`in yang tsiqoh.

Ketiga, ini merupakan tingkatan paling tengah, yaitu orang-orang yang tidak bertemu dengan tabi`in. Sehingga mereka hanya meriwayatkan hadits dari orang-orang yang melihat tabi`in.

Keempat, mereka sebenarnya sama dengan tingkatan ketiga. Cuma perbedaannya adalah bahwa, tingkatan yang keempat ini dalam mendapatkan hadits telah didahului oleh orang-orang yang ada ditingkatan ketiga.

Kelima, yaitu orang-orang yang haditsnya hanya digunakan sebagai bahan petimbangan dalam menentukan usia para perowi hadits maupun jalur periwayatan hadits. Imam Al Bukhari mengambil hadits-hadits tersebut karena ada manfaatnya.

  1. Kecerdasan Imam Bukhari

Muhammad bin Khumairawiyah berkata, “Aku telah mendengar Imam Al Bukhari berkata,” Aku telah menghafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits yang tidak shahih”.

Abu bakar al Kudzani telah memberikan kepada kami, dia berkata,” Aku belum pernah melihat orang seperti Imam Al Bukhari. Pernah suatu ketika dia mengambil buku dan melihatnya sekali saja, namun dia telah mampu untuk menghafal penggalan semua hadits dari dalam buku tersebut”.

Juru tulis Imam Al Bukhari penah berkata, “Aku telah mendengar Hasyid bin Ismail dan temannya yang lain berkata, “Sewaktu masih kecil, kami pernah berselisih dengan Imam Al Bukhari dalam hal hadits karena sesugguhnya Imam Al Bukhari tidak pernah membawa buku catatan ketika ta`lim sebagaimana kami.

Ketika dia mendatangi kami, maka kami lalu berkata kepadanya. Yang akibatnya Imam Al Bukhari pun berkata pula kepada kami, “Sesungguhnya gara-gara catatan kalian, maka kalian telah berlebih-lebihan terhadapku!” Kemudian Imam Al Bukhari membacakan (dengan menghafal/tanpa buku) hadits yang telah kami catat sebanyak 15.000 hadits. Ketika Imam Al Bukhari membacakan hadits-hadits tersebut, maka kami seolah-olah hanya membetulkan catatan kami yang banyak keliru. Setelah selesai membacakan, Imam Al Bukhari pun berkata kepada kami, “Tidakkah kalian lihat bahwa aku tidak hanya sekedar berkelakar dan menyia-nyiakan waktuku!” Semenjak kejadian itu, kami baru menyadari bahwa Imam Al Bukhari tidak akan bisa ditandingi oleh siapa pun.”

  1. Keteguhan Dalam Mengikuti Sunnah

Imam Al Bukhari adalah seorang ulama` hadits yang sangat terkenal di seluruh dunia. Ia pernah berkata, “Aku telah menghafal hadits dengan jalan mempraktekkannya. Sebagai contohnya adalah memanah. Meskipun memanah itu suatu skill yang tidak harus dimiliki oleh seorang ulama`, akan tetapi karena memanah itu ada dalam sunnah Nabi, maka aku pun telah mengamalkannya”. Untuk mengamalkannya Imam Al Bukhari harus menaiki kendaraan ke lapangan guna mengamalkannya. Namun karena berkat kelincahannya, kecekatan dan kepandaiannya, maka ia hampir tidak pernah meleset dalam membidik sasarannya.

  1. Kemampuan Dalam Bidang Fikih

Bukti paling nyata dari kemampuan Imam Al Bukhari dalam bidang fikih adalah klasifikasi bab-bab dalam buku tulisanya Shahih Al Bukhari.

Bundar berkata, “Di masaku, Imam Al Bukhari adalah orang yang paling pandai dalam bidang fikih dari semua makhluk Allah”.

Ahmad bin Ishaq An Naisaburi berkata, “Barangsapa ingin melihat ahli fikih sejati yang sebenarnya, maka lihatlah Imam Al Bukhari “.

Adza-Dzahabi berkata, “Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Aku telah mendengar Hasyid bin Abdillah berkata, “Abu Mus`ab bekata, “Bagi kami, Imam Al Bukhari lebih pandai, lebih jeli, dan lebih cermat dari Ahmad bin Hanbal”.

Al Hafidz berkata, “Imam Qutaibah pernah ditanya seseorang tentang talak orang yang sedang mabuk, kemudian Imam Al Bukhari masuk ke ruangan tempat mereka berkumpul, sehingga Imam Qutaibah berkata kepadanya (si penanya), “Ini adalah Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Ruhawai dan Ali bin Al Madini. Allah telah menjadikan Imam Al Bukhari sebagai sopirnya dalam memberikan jawabannya (seraya menunjuk ke arah Imam Al Bukhari ).

  1. Kedudukannya Di Hati Kaum Muslimin

Imam Al Bukhari telah mendapatkan anugrah bakat kemampuan yang agung dalam berbagai hal, yaitu: kuat menghafal, cerdas, pandai, lincah, zuhud, waro` dan ahli ibadah.

Begitu pula dia telah mendapatkan anugrah cinta dan kasih dari manusia. Allah-lah yang telah menyatukan hati mereka untuk Imam Al Bukhari.

Imam As Subki berkata dalam sebuah syairnya:

” Imam Al Bukhari lebih tinggi dari sanjungan yang diberikan

karena sanjungan itu sama sekali tidak sepadan”

  1. Sanjungan Para Ulama`

Qutaibah penah berkata, “Aku pernah duduk bersama dengan ahli fikih, orang-orang zuhud dan para ahli ibadah. Akan tetapi, semenjak aku berakal, maka aku belum pernah melihat manusia semisal Imam Al Bukhari. Pada masanya ia seperti Umar pada masanya. Maksudku dalam kecerdasan, pengetahuan dan keberaniannya dalam memperlihatkan kebenaran”.

Muhammad bin Abi Hatim berkata “Aku telah mendengar Imam Al Bukhari berkata, “Ketika aku memasuki Basroh, aku berjalan untuk mengikuti pengajian Imam Bundar. Pandangan Imam Bundar lalu menuju kepadaku dan ia berkata, “Dari manakah asalmu wahai anak muda?” Aku menjawab, “Dari Bukhara“. Lalu ia berkata lagi,” Bagaimana kamu tinggalkan Abu Abdillah (panggilan untuk Imam Al Bukhari)!” pertanyaan Imam Bundar ini membuatku terdiam.

Pada saat yang demikian itu, peserta pengajian akhirnya banyak yang berkata, “Semoga Allah merahmatimu wahai Imam, sesungguhnya anak muda itu adalah Abu Abdillah (Imam Al Bukhari). Setelah mendengar penjelasan peserta pengajian tersebut, dengan cepat Imam Bundar berdiri lalu menghampiriku dan memeluk erat. Dia berkata, “Selamat datang wahai orang yang aku tunggu-tunggu dan aku banggakan selama bertahun-tahun”.

Adz Dzahabi berkata, “Muhammad bin Hamdun bin Rustum berkata, “Sewaktu Imam Al Bukhari datang menemui Imam Muslim bin Hajjaj, aku mendengar Imam Muslim berkata kepada Imam Al Bukhari, “Izinkanlah aku mencium kakimu wahai guru para guru, tuannya para ahli hadits dan dokternya hadits dalam mengobati illat-illah hadits”.

  1. Murid-Muridnya

Murid Imam Al Bukhari sangat banyak sekali. Mereka belajar dan menimba ilmu yang dalam dari Imam Al Bukhari, pengetahuan yang luas dalam mereka tersebut mereka dapatkan dari Imam Al Bukhari dengan sangat mudah karena kepandaian gurunya. Kebesaran Imam Bukhari bena-benar menjadi rahmat bagi alam sekitarnya.

Di antara murid Imam Bukhari ada yang bernama al-Fabrari berkata, sesunguhnya murid Imam Al Bukhari yang meriwayatkan shahih al Bukhari berjumlah 90.000 orang”. Tidak dapat disangkal bahwa murid pasti akan bangga terhadap gurunya. Apabila Imam Al Bukhari adalah guru bagi para ahli hadits, maka tidak mengherankan jika murid-muridnya menjadi okoh-tokoh yang sangat terkenal dalam bidang hadits di masa-masa mendatang.

Di antara murid Imam Al Bukhari adalah;

    • Muslim bin Hajjaj

    • At Turmudzi

    • An Nasa`I

    • Ad Darimi

    • Muhammad bin Nashr al Mawardzi

    • Abu Hatim Ar Rozzi

    • Ibnu Khuzaimah

    • Abu Abdillah Husain bin Isma`il al Mamilli

    • Ibrohim al Harbi

    • Abu Bakar Ibnu Abi Ashim al Hafidz

    • Al Farbari

    • Shalih bin Muhammad Jazarah

    • Abu Ishaq bin Ma`qal An Basafi

    • Dll.

  1. Karya Imam Bukhari

Di antara buku yang ditulis oleh Imam Bukhari adalah sebagai beikut:

  1. Al Jami` Ash Shahih

  2. At Tarikh Al Kabir

  3. At Tarikh Al Ausath

  4. At Tarikh Aash Shaghir

  5. Khalqu Af`al Al Ibad

  6. Agh Dhua`fa` Ash Shaghir

  7. Al Adab Al Mufrod

  8. Juz`u Raf`u Al Yada`in

  9. Juz`u Al Qiro`ah Khalfa Al Imam

  10. Al Kitab Al Kuna

  1. Meninggalnya Imam Al Bukhari

Adz Dzahabi mengatakan, “Ibnu Adi berkata, “Aku telah mendengar Al Hasan bin Al Husain Al Bazzaz berkata, “Imam Al Bukhari meninggal pada malam sabtu pada saat malam Idul Fitri di waktu sholat isya`. Kemudian jasadnya dikuburkan pada hari itu juga selesai sholat dhuhur. Imam Al Bukhari meninggal pada tahun 256 H dalam usia 62 tahun kurang 13 belas hari.

Disusun oleh : Agus

Solo

*Disarikan dari buku :Siyar `Alamin Nubala`, Imam Adz Dzahabi

TINGGALKAN KOMENTAR

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Arsip